sebuah karya yang memiliki 'rasa' by Darwis Triadi

Tuhan telah memberi manusia kekuatan untuk berpikir, berimajinasi, dan memanfaatkan daya intelektualnya untuk meraih tujuan yang bahkan dianggap tidak realistis. Hal itu bisa terjadi pada seorang fotografer yang sudah melampaui sebuah batas tertentu di dunia fotografi.
Biasanya, fotografer akan selalu terusik oleh sebuah obsesi. Otaknya pun tak bisa diam dan terus berpikir bagaimana cara merealisasikan obsesi tersebut yang seringkali melintas dalam pikirannya. Sejatinya, seseorang yang sudah melampaui perjalanan panjang dalam dunia fotografi, akan menangkap obsesi tersebut dengan sebuah imajinasi kreatif yang bersih dan jujur.
Andai saja fotografer tidak bersih dan jujur dalam meng capture, maka hasilnya akan mengalami suatu kondisi ketidakserasian antara gambar dan tujuan fotografer memotret. Dan, fotografi sesungguhnya mengharuskan adanya sebuah kejujuran dalam proses pembuatan foto.

Saya beraharap, mari kita sama-sama melihat segala sesuatu secara jujur. Apabila kita melihat sesuatu dan kita capture namun tidak dilandasi dengan sebuah kejujuran antara batin dan prilaku, maka orang pun akan yang memberikan komentar pada foto tersebut dengan ketidakjujuran.

Dalam hidup itu kejujuran sangat penting. Apa yang kita lihat dan apa yang kita rasakan, kita tangkap dan tuangkan dalam moral yang benar. Karena kalau kita bicara seni, maka tidak ada sebuah batasan yang berkaitan dengan prilaku.

Tapi dari seni itu ada sebuah pesan moral yang harus kita tangkap. Jadi jangan dilihat bila “ketelanjagan” itu ditafsirkan pada amoral. Karena pada dasarnya, sebuah ketelanjangan adalah sebuah kejujuran.

Mari kita lihat secara bersama-sama dengan hati yang jernih, lihatlah foto tersebut lahir dari eksplorasi dan imajinasi kreatif, dalam sebuah perjalanan spiritual fotografi.

- Darwis Triadi -